Kamis, 13 Oktober 2016

Mengenal Diri Untuk Menghindari Pelecehan



Dari cerita di atas, seorang gadis yang miskin meminta petinggi Biksu untuk mendoakan agar ibunya sembuh dari sakit. Walaupun dia tidak ada uang untuk disembahkan, petinggi Biksu tersebut tetap mengabulkan permintaannya.

20 tahun kemudian, gadis tersebut menjadi kaya raya. Dia datang kembali meminta petinggi Biksu untuk mendoakan bagi ibunya sambil membawa emas. Tetapi permintaannya malah ditolak, dan Biksu tersebut minta muridnya saja untuk melakukannya.

Apa arti cerita tersebut? Pada gambar no.1 dan 2 nampak gadis tersebut benar-benar meminta Biksu dengan hati yang tulus pemberkatan agar ibunya sembuh dari sakit. Tetapi pada gambar no.3 dan 4, gadis tersebut malah menggantikan pemberkatan dengan hartanya. Gadis tersebut tidak lagi tulus, yang dia bandingkan hanyalah persembahan.

Jadi, persembahan dituntut dengan ketulusan hati. Buddhis juga dituntut untuk menguasai diri, melatih kesabaran dalam menghadapi tantangan serta melakukan kebaikan secara ikhlas, bukan hanya memperhitungkan berkah yang akan didapatkan dari persembahan. Berkah akan melimpah jika kita sudah menguasai diri dan melakukan kebaikan.

Mengenai topik saya hari ini, kenapa ada orang-orang yang suka melakukan pelecehan terhadap agama lain, termasuk Buddhis juga diejek dan mengejek? Kenapa sesama manusia saling mengejek satu sama lain hanya karena perbedaan kepercayaan? Kenapa ada pernyataan bahwa memilih pemimpin negara yang berbeda agama itu memalukan?

Karena dalam pandangan orang-orang tersebut hanyalah Kebesaran Tuhan. Orang tersebut diajak dan mengajak orang lain untuk menjadi saksi akan kebesaran Tuhan, kemudian menyampaikan kepada lebih banyak orang agar percaya dengan Kebesaran Tuhan. Kemudian pada akhirnya, orang tersebut juga diajak agar mau membentuk Kebesaran Tuhan di tengah manusia. Tapi kenyataannya, ajaran agama di muka bumi bukan hanya 1. Masing-masing agama mempercayakan Tuhan yang berbeda-beda.

Walaupun begitu, sebenarnya tujuan dari setiap agama adalah membimbing kebaikan dan kedamaian antar manusia dengan lingkungan. Membentuk kebesaran Tuhan di tengah manusia artinya juga agar manusia saling menyayangi dan menyayangi lingkungan sekitar. Tetapi banyak orang yang hanya tahu menyatakan lindung kepada Tuhan, tetapi malas melakukan kebaikan, karena kebaikan itu susah dilakukan, dituntut kesabaran dalam menghadapi tantangan dan kesabaran dalam menunggu berkah.

Ada pun Buddhis yang juga salah gunakan ajaran Buddha. Mereka percaya bahwa kekuatan ajaib Sang Buddha bisa menghapus segala kemalangan, akhirnya mereka malas melakukan perbaikan dan pelatihan diri juga, sehingga setiap saat menghadapi kesusahan, Buddhis tersebut hanya tahu menyembah Sang Buddha, menghamburkan uang demi membeli hiasan mahal yang tak bermakna bagi pemujaan. Ciri-ciri orang seperti itu nampak jelas, dari ucapan mereka sering muncul kata-kata imbauan untuk berbuat baik, padahal mereka melakukan sebaliknya.

Contoh orang di atas adalah orang yang tidak sabar menghadapi tantangan, dan memohon kekuatan ajaib untuk memperbaikinya. Akhirnya, mereka suka membandingkan kekuatan Tuhan dan merendahkan Tuhan yang dianut agama lain, namun mereka tidak terima kalau Tuhan yang mereka percayakan diejek umat agama lain. Akhirnya kegelisahan pun terjadi, dan timbullah pemberontakan.

Kenapa saya ambil contoh cerita seperti gambar di atas? karena dari cerita itu dapat dikutip bahwa sebenarnya dengan menjadi Buddhis, kita harus renungkan dulu ajaran Sang Buddha, yaitu pencapaian kesucian dalam pikiran, ucapan dan perbuatan, bukan persembahan atau pun pemujaan.

Persembahan Buddhis mengandung arti bahwa menyatakan tekad kita sebagai Buddhis, sehingga kita mau berbuat baik, bukan sistem untuk permohonan atau pun curhat. Dengan kata lain, jika kita hanya fokus dalam persembahan, kita akan sesat dalam perasaan kagum terhadap kekuatan Sang Buddha, dan kita hidup hanya untuk memuji dan menyembah Sang Buddha, akhirnya kita pun akan memandang rendah orang lain yang berbeda pikiran dengan kita.

Sama halnya juga dengan bentuk pelecehan terhadap agama Buddha yang dilakukan umat agama lain, tetapi rata-rata alasan mereka adalah karena mereka membandingkan kebesaran Sang Buddha dengan Tuhan. Dari jenis-jenis pelecehan yang saya temukan, tidak ada pelecehan secara langsung yang dituju ke ajaran Sang Buddha, walaupun ada, pasti berakhiran dengan status ketuhanan Sang Buddha.

Begitu juga dengan agama lain. Bentuk pelecehan yang dilakukan pasti menuju ke Tuhan atau pun sarana ibadah yang digunakan. Tetapi selama ini belum saya temukan ada yang melecehkan ajaran kasih dari setiap agama.

Oleh karena itu, kita yang lahir sebagai manusia seharusnya kita mengenal diri-sendiri. Dengan mengenal diri-sendiri, maka kita bisa mengenal apa kelebihan kita dan apa kekurangan kita, sehingga baru bisa tanamkan sikap rendah hati. Dengan sikap rendah hati, kita yakin kerohanian kita akan kuat, dan tidak akan diganggu gugat.

Jika kerohanian kita sudah kuat, maka:

1. kita bisa menghargai perbedaan, kita tidak akan memandang rendah kepemilikan orang lain termasuk harta dia, ilmu dia serta jasmani dia, karena hanya orang yang bertinggi hati merasa kepemilikan sendiri adalah yang paling kuat.

2. kita tidak akan merasa panik, karena kita telah menerima perbedaan, kita tidak takut lagi jika orang yang berbeda dengan kita dapat mengganggu keberadaan kita,

3. kita tidak perlu memaksakan kehendak kita kepada orang lain karena kita tidak panik lagi bahwa keberadaan kita akan terganggu bila ada orang yang berbeda ide,

4. dan akhirnya kita akan percaya kita pasti akan mendapat berkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.